http://forever1forever.multiply.com/journal/item/115/SIAP-SIAP_MENABUNG_UNTUK_2022
Menjadi tuan rumah Piala Dunia tentunya akan menimbulkan rasa bangga yang sangat besar tapi melihat kondisi negara saat ini yang masih carut marut, hal tersebut terlihat menjadi sangat tidak relevan. Piala Dunia itu bukan hanya masalah sepak bola saja tapi menyangkut seluruh aspek kebangsaan. Tidak semudah seperti mengadakan pertandingan Galadesa tentunya. Membutuhkan biaya yang tidak sedikit, bukan hanya membangun stadion saja tapi infratruktur maupun struktur yang harus terintegrasi. Memerlukan perencanaan yang sangat matang, pelaksanaan yang tidak mudah. Apalagi jika dihubungkan dengan prestasi sepak bola negeri ini yang sepertinya kurang greget, tidak ada perubahan yang signifikan. Entah kemana larinya slogan ”menuju pentas dunia” ,dengan iklan nendang bola saltonya, yang sangat ramai dibicarakan khalayak jaman saya SD dulu. Slogan itu hilang tanpa bekas, hanya bisa mempengaruhi anak-anak kecil untuk berlatih agar mahir menendang bola dengan gaya salto ketika menjebol gawang lawan, termasuk saya sendiri, serta satu gelar gol terbaik asia tahun 1996. Moga-moga anak SD sekarang, tiga belas tahun lagi juga tidak hanya mahir bermimpi, paling tidak bisa bergaya saltolah...he...he...he...
Ok...suksesnya Indonesia menjadi salah satu tuan rumah Piala Asia tahun lalu mungkin bisa kita jadikan batu loncatan namun kita juga harus sadar, saat itu kita tidak sendiri menyelenggarakan Piala Asia. Butuh kerja jauh lebih keras dan dukungan penuh dari seluruh elemen bangsa. Dan biaya besar yang akan dikeluarkan, jika nantinya kita benar-benar menjadi tuan rumah, bisa kita anggap sebagai investasi. Tentunya akan banyak lapangan kerja baru yang tercipta selama masa persiapan. Hitung-hitung program baru dalam pemberdayaan masyarakat, bukannya memperdaya masyarakat lho. Yang jelas, jika melihat penyelengaraan-penyelenggaraan sebelumnya yang selalu meraup keuntungan yang besar, kita tak akan rugi mengeluarkan dana sebesar itu, dengan catatan dana itu ada dan nantinya tidak dikorupsi. Dan karena ini Piala Dunia-nya sepak bola, tentunya harus ada peningkatan yang signifikan pada tim nasional kita sehingga tidak menimbulkan opini negatif, lolos ke piala dunia gratisan karena menjadi tuan rumah. Kita tentunya tidak hanya ingin sukses sebagai penyelenggara tapi juga mampu menyuguhkan penampilan yang atraktif. Masih ada waktu untuk membuktikannya. Masih banyak event-event yang bisa kita jadikan ajang pembuktian diri. Saya pribadi tidak bisa memungkiri bahwa dunia persepakbolaan Indonesia sekarang sudah lebih maju. Tapi kemajuan itu memang terlalu lambat jika dibandingkan kemajuan sepak bola negara-negara tetangga yang keadaan negaranya bahkan tidak lebih baik dari negara kita. PSSI sebagai induk organisasi sepak bola pun bisa menjadikan momen ini untuk memperbaiki citra diri yang terlanjur negatif, bahkan di mata dunia. Bukan saatnya lagi mempertontonkan dagelan-dagelan yang tidak lucu, bukan sarana untuk semakin memperlihatkan kekonyolan-kekonyolan yang telah lalu.
http://beritaqu.blogspot.com/2009/02/indonesia-calon-tuan-rumah-piala-dunia.html
Reuters juga menyoroti rangking Indonesia yang kini berada di posisi 144 dunia, atau terendah di antara negara lain yang mencalonkan diri. Banyaknya infrastruktur yang harus dibangun untuk bisa memenuhi apa yang diminta FIFA juga diyakini akan sulit diwujudkan, meski jika Indonesia kemudian terpilih untuk jadi tuan rumah Piala Dunia 2022.
Kondisi yang sangat berseberangan akan kita lihat pada 10 negara lain yang ikut mencalonkan diri. Kalau boleh mengklaim, negara yang "paling dekat" dengan Indonesia terkait kesiapan menjadi tuan rumah Piala Dunia adalah Qatar dan Australia.
Qatar saat ini duduk di posisi 86 dunia (58 tingkat di atas Indonesia), mereka belum pernah menggelar dan menjadi kontestan di Piala Dunia. Sementara Australia, meski belum pernah jadi tuan rumah, mereka sudah dua kali lolos ke putaran final yakni tahun 1974 dan 2006.
Bagaimana dengan negara yang lain? Merekalah raksasa-raksasa yang sesungguhnya.
Belgia & Belanda kita tahu sempat sukses menjadi tuan rumah bersama Euro 2000. Meski sama-sama belum pernah jadi kampiun, keduanya sudah jadi langganan Piala Dunia.
Meski kini "memisahkan diri", Jepang dan Korea Selatan akan selalu dingat sebagai negara Asia pertama yang sukses menghelat hajatan sebesar Piala Dunia di 2002. Sementara dua negara di Benua Amerika, Meksiko dan Amerika Serikat sudah merasakan menjadi tuan rumah pada tahun 1972-1986 dan 1994. Inggris? Ini sih "nenek moyangnya" sepakbola.
Bersatunya Spanyol dan Portugal juga membuat mereka jadi salah satu kandidat kuat. Tahun 1982 Stadion Santiago Bernabeu menggelar laga putaran final antara Italia kontra Jerman Barat, sementara lima tahun lalu Portugal sukses dengan Piala Eropa 2004.
adaaa yaa
BalasHapus